Urgensi Aspek Fisik pada Kajian Naskah

Bi-Weekly Forum #38 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya berkolaborasi dengan forum Ngasah #2 Pusat Studi Manuskrip UIN Sunan Kalijaga mengadakan diskusi secara hibrid dengan judul “Urgensi Aspek Fisik pada Kajian Naskah”. Diskusi ini diadakan pada Rabu, 8 Februari 2023, dengan mengundang Dr. Muhammad Wildan, MA. (Koordinator Bidang Kerja sama Pusat Studi Manuskrip dan Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya) dan Prof. Isamu Sakamoto (Senior Paper Conservator/Japan Foundation Asia Center/Grant Fellow) sebagai Pembicara. Forum ini diadakan di auditorium lt. 1 perpustakaan pusat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pukul 09.00 – 12.00 WIB dengan moderator Mu’ammar Zayn Qadafy, M.Hum. (Sekretaris II Pusat Studi Manuskrip).

Sebelum menjelaskan bagaimana proses konservasi manuskrip, Prof. Isamu membahas daluang yang ada di Indonesia. Jenis ini termasuk yang tua jika dibandingkan dengan wilayah lain di Asia. Daluang adalah pengaruh dari tradisi naskah orang Islam yang ada di Nusantara. Diantara budaya menggunakan daluang di Indonesia ada di kesenian wayang beber Pacitan, Jawa Timur, kemudian di Sulawesi (fuya) yang biasanya digunakan untuk baju atau hiasan. Pembuatan daluang klasik masih belum diketahui cara pembuatannya secara pasti. Isamu menjelaskan bahwa dengan melihat tali daluang, sebuah kertas akan diketahui dari mana itu berasal. Daluang biasanya dibuat untuk buku-buku peribadatan. Isamoto bercerita bahwa di jepang ada lembaga yang bisa meneliti komposisi daluang dan uji karbon. Hal itu berbanding terbaik di Indonesia yang belum ada pusat studi sejenis. Di Bali ada budaya daluang disebut ulantaga. Di sana daluang biasanya digunakan untuk buat jimat atau hiasan. Di Meksiko, ada budaya mirip daluang di Indonesia, dan untuk panduan ilmu astrologi. Di Sulawesi ada kutika untuk membuat kalender, yang alat pemukulnya menggunakan batu. Pembuatan daluang saat ini berasal dari Paper mulberry. Isamu mengatakan bahwa ada indikasi daluang di Jawa jauh lebih lama dari yang di Cina, 4000 tahun yang lalu. Budaya daluang juga diakrabkan dengan generasi muda di Jepang, baik fuya maupun daluang.

Sementara itu, Wildan berbagi pengalamannya menjadi pengelola dalam proses digitalisasi naskah di Yogyakarta. Materi awal yang dia jelaskan mengenai jenis kerusakan naskah di Yogyakarta, diantaranya adalah karena serangga, kualitas tinta, asam, tinta, kelembaban, polusi, jamur, usia, jamur. Mayoritas isi naskah di Yogyakarta membahas Quran, fikih, babad/silsilah), Bahasa dan sastra, suluk, piwulang, doa, azimat (primbon), pawukon, penanggalan, obat-obatan, seni tari, music dan pewayangan. Dr. Wildan menjelaskan bahwa dalam proses reservasi naskah, setidaknya ada tiga Langkah, yaitu, kodikologi, digitalisasi, restorasi. Kegiatan ini berjalan dengan antusias, yang mana banyak respons dari audien dengan pertanyaan kepada kedua narasumber tersebut. Pembahasan lengkap kajian ini dapat dilihat pada kanal Youtube Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.