Kupas Tuntas Hubungan Indonesia dan Maroko (1960-2020) bersama Dr. Fouad Larhzizer

Pembahasan mengenai hubungan Maroko dan Indonesia adalah hal yang menarik, sebab keduanya memiliki hubungan erat dalam sejarah, yang mana hubungan itu terus terjaga, bahkan hingga hari ini. Maroko tidak hanya mempengaruhi Indonesia dari sisi intelektual, tetapi juga melalui saluran lain, yaitu ajaran tarekat Tijaniyah.

Lebih jauh lagi, kajian mengenai hubungan kedua negara ini didiskusikan secara intensif dalam Bi-weekly Forum #25 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. Diskusi yang bertema العلاقات الثقافية بين المملكة المغربية و جمهورية إندونيسيا (1960-2020) “Hubungan Kebudayaan antara Maroko dan Indonesia (1960-2020)” ini berlangsung pada Jumat, 28 Januari 2022 secara daring, dengan moderator Kholili Badriza, M.Hum.

Dr. Fouad Larhzizer dari Hassan First University Settat, Maroko, pembicara diskusi, mengawali statement-nya dengan menyebut traveller Muslim di abad 14, Ibnu Battuta. Sebagaimana diketahui dalam sejarah, ia pernah ke Nusantara untuk mengunjungi kerajaan Samudera Pasai. Selain bukti sejarah itu, ada pula kitab Nahwu yang dikarang oleh Ibnu Ajjurum, Al-Ajurumiyah. Kemudian kitab antologi solawat Nabi Muhammad “Dalail al-Khairat” yang sangat masyhur di kalangan pesantren yang ada di Indonesia, pengarangnya adalah Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli dari Maroko. Selain itu, ada pula penyebar Islam yang berasal dari Maroko, yaitu Syekh Maulana Maghribi.

Pada konteks hari ini, hubungan kedua negara ini semakin padu, sebab banyak perkumpulan-perkumpulan pelajar, baik itu pelajar Indonesia yang berada di Maroko dan sebaliknya. Hal itu juga semakin dikuatkan dengan banyaknya program beasiswa untuk belajar ke Maroko, sehingga semakin meneguhkan adanya simbiosis mutualisme, khususnya dari jaringan intelektual, ruhaniyat (jaringan tarekat) dan bahkan hingga ekonomi. Dokumentasi lengkap dapat dilihat pada kanal youtube #25 Biweekly Forum: أهمية العلاقة الدبلوماسية بين المغرب وإندونيسيا - YouTube