Romansa dan Cinta Masyarakat Bugis dalam Naskah Klasik I Daramatasia

I Daramatasia adalah cerita yang sangat familiar di nusantara, baik di Melayu, Jawa dan Sunda. Namun, khusus masyarakat Bugis di Sulawesi, cerita itu memiliki kekhususan sebab ada muatan-muatan nilai yang distingtif dibanding daerah lain. Untuk mendalami nilai-nilai penting di dalam naskah klasik tersebut, Bi-Weekly Forum #28 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga mengadakan bedah disertasi yang berjudul “Nilai-Nilai Adat Siriq na Pesse dan Nilai-Nilai Islam dalam naskah Klasik I Darmatasia” yang ditulis oleh Dr. Mustari, M.Hum. Diskusi yang diadakan pada Jumat, 8 April 2022 ini dipandu oleh moderator, Dr. Maharsi, M.Hum. Kemudian ada dua narasumber dari Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI), Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum., selaku ketua umum dan Dr. Dafirah, M.Hum. Dalam kesempatan ini, juga hadir Prof. Dr. Bermawy Munthe, M.A., sebagai pembaca puisi tunggal, serta Dr. Aning Ayu Kusumawati, S.Ag., M.Si. yang memberikan sambutan selaku ketua HISKI komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam pemaparannya, Prof. Suwardi menyatakan naskah ini memang bernuansa peninggalan kuna tentang seks. Mitologi seks selalu hadir dalam artefak peninggalan leluhur. Cinta tidak bisa dibuat. Seks bisa dibuat, tapi bukan cinta. Karya sastra masa lampau, merupakan endapan memori tentang sekologi sastra. Panulis menyatakan bahwa cerita yang ada dalam I Daramatasia tidak hanya menjadi sekadar cerita rakyat yang melegenda, tetapi juga memiliki nilai relasi gender dalam hubungan laki-laki dengan perempuan. Disertasi ini, menurutnya, menuangkan etnografi indah. Paling tidak mengenalkan timbunan arkeoantropologis sastra masa lampau. Orang Bugis, selain pernah sebagai postcolonial Portugis, juga memiliki adat sesaji (Jawa: sesajen). Religi Islam orang Bugis paling tidak pernah bercampur dengan mitos.

Religi arkeoantropologi sastra, paradigma yang digunakan dalam penelitian ini, adalah perspektif pemahaman interdisipliner teks-teks sastra bernuansa religi, arkeologi, dan antropologis. Membaca novel disertasi yang melukiskan kisah wanita Bugis, I Daramatasia, adalah capaian yang hebat. Kisah yang dikaji menggunakan perspektif antropologi structural Levi-Strauss ini, bermuatan nilai estetika sekaligus etika. Dengan teks arkeologi budaya masa lampau tentang siriq dan pesse, menjadi cermin moral kultural. Kedua konsep itu ibarat dua sisi dari sebuah koin yang tidak terpisahkan. Pessé mempunyai nilai tersendiri dan selalu mengikuti sikap siriq. Dengan sikap hidup yang berdasarkan pessé ini, seseorang mengembangkan sikap berperikemanusiaan yang tinggi. Sikap kemanusiaan dalam pandangan hidup yang terkandung dalam kata pessé ini tidak terbatas kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada seluruh makhluk, tegas Prof. Suwardi.

Dari aspek ontologi (wujud) adat Siriq na Pesse memiliki hubungan yang kuat dengan pandangan islam dalam kerangka spiritualitas, dimana kekuatan jiwa bisa teraktualkan melewati penaklukan jiwa atas tubuh. Inti adat ini merangkum seluruh aspek kehidupan masyarakat Bugis-Makassar, sebab buda tersebut merupakan kepribadian dari orang-orang Bugis-Makassar. Dengan adanya pandangan hidup dan ideologi Siriq na Pesse maka keterikatan antar sesama dan kesetiakawanan menjadi lebih kuat, baik dengan sesama suku maupun dengan suku yang lain. melulu kosakata dan penyebutannya saja yang berbeda, tetapi pandangan hidup ideologinya memiliki keserupaan dalam berinteraksi dengan sesama.