Pengamatan Profesor Greg Barton tentang Dinamika Terkini Menjelang Pilpres 2024 di Indonesia dalam Bi-Weekly Forum#46
.png)
Selasa, 24 Oktober 2023. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya menyelenggarakan Bi-Weekly Forum #46 dengan tema "Contemporary Development of Indonesian Politics" dengan menghadirkan Profesor Greg Barton, akademisi dan peneliti dari Deakin University, Melbourne, Australia. Acara ini diselenggarakan secara hybrid (daring dan luring) di Ruang Rapat Lantai 2 Fadib UIN Sunan Kalijaga dan platform zoom.
Pada kesempatan ini, Profesor Greg Barton membagikan pengamatannya tentang dinamika terkini politik di Indonesia menjelang Pemilihan Presiden 2024. Pada bagian awal ceramahnya, dia mengutarakan analisanya bahwa sejauh ini ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden belum ada yang mengutarakan pandangan mereka tentang konflik Israel-Palestina yang menurutnya menjadi salah satu isu penting yang perlu untuk ditanggapi. Selama ini, lanjutnya, isu-isu yang dibahas lebih banyak menyoroti keadaan di dalam negeri ketimbang kondisi-kondisi eksternal yang terjadi di kancah internasional.
Sebagai akademisi yang telah lama mengkaji tentang demokratisasi di Indonesia, Prof. Greg Barton menilai bahwa demokrasi di Indonesia masih cukup sehat meskipun mengalami penurunan dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu. Dibandingkan dengan Turki yang menurutnya demokrasi di negara tersebut telah hampir mati yang diukur dengan kebebasan pers, kinerja KPU, dan banyaknya tokoh-tokoh politik yang ditangkap oleh rezim pemerintahan, beliau masih tetap optimis tentang keberlangsungan demokrasi di Indonesia.
Salah satu catatan penting lainnya dari kuliah ini yakni pengamatan Prof. Greg Barton tentang masing-masing pasangan calon. Menurutnya, tidak ada pasangan capres-cawapres yang sempurna. Anis Baswedan, misalnya, memiliki gerbong 212 yang menjadi beban baginya pada Pilpres kali ini. Ganjar Pranowo, di sisi lain, meskipun telah menjadi kepala daerah di Jawa Tengah selama dua periode, tidak terdapat gebrakan atau prestasi luar biasa yang dapat diandalkan. Sementara Prabowo, dengan latar belakangnya sebagai panglima militer dan usianya yang sudah tua, memiliki kecenderungan untuk membawa gaya militernya ketika menjadi kepala negara.
Terakhir, beliau juga menggarisbawahi tentang perang penting media digital dalam dinamika pemilihan Presiden di Indonesia. Berkaca dari Pemilu 2014 dan 2019, hadirnya internet dan platform-platform digital telah dimanfaatkan di antaranya untuk melakukan kampanye gelap (black campaign) dengan masifnya berita hoaks untuk menjatuhkan pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Diskusi dwi mingguan ini dimulai pada pukul 13.00 sampai 15.00. Dibuka dengan sambutan dari Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Profesor Muhammad Wildan, MA, dan dimoderatori oleh Nini Salwa Istiqamah, S.IP., MIR. dari Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Sunan Kalijaga.